0

Rindu

Tepat 14 tahun sejak kepergian Beliau. 8 Januari 2003. Usiaku saat itu baru 11 tahun, masih berseragam merah-putih di bangku kelas 5.

Hari itu merupakan hari paling kelam yang pernah aku rasakan. Perjalanan dari sebuah rumah sakit di Malang menuju rumahku di Pasuruan, terasa sangat-sangat lamban. Dan kelam. Yang juga disertai hujan. Perjalanan pulang yang tak henti dari isak tangis dan kesedihan.

Beliau telah tiada. Pikiranku berkelebatan sepanjang perjalanan. Tidak akan ada lagi ciuman dipipiku setiap hari sebelum berangkat sekolah. Tidak ada yang akan suka rela direpoti untuk memperbaiki ban sepedaku yang bocor. Tidak ada lagi dada bidang yang menjadi bantalku saat menonton televisi. Tidak ada lagi tangan kekar yang akan menggendongku lagi. Pikiran-pikiran sederhana, di benak anak kecil usia 11 tahun. Belumlah dapat kumengerti, bahwa kehidupan setelahnya tidaklah sesederhana itu.

Sholat jenazah dilakukan beberapa kali, karena begitu banyak orang yang ingin menjadi saksi untuk terakhir kali. Keluarga dekat ataupun jauh. Teman-teman beliau. Murid-murid beliau. Beliau begitu sederhana, namun ternyata banyak sekali orang yang mengenalnya. Beberapa hari setelahnyapun, rumah masih sangatlah ramai dengan orang yang berziarah.

Allah, apa kabar Beliau disana?

0

Antara Aku, Pasien, dan IGD

“DOK, APNEU!”

Teriakan perawat itu membuat saya bergegas berlari ke arahnya. Apneu adalah kondisi dimana pasien berhenti bernafas. Saya periksa denyut nadi tangan dan leher, tidak teraba. Saya periksa detak jantung dengan stetoskop, tidak terdengar. Dari hasil EKG (rekam jantung) hanya terlihat garis lurus tanda jantung tidak lagi berdetak.

Segera saya meminta perawat untuk melakukan RJP (pompa jantung), sembari memberikan penjelasan dan juga meminta persetujuan kepada keluarga pasien. Beberapa siklus RJP telah dilakukan, namun tidak ada tanda-tanda kembalinya detak jantung pasien tersebut. Pasien dinyatakan meninggal. Saya menarik nafas panjang. Memberitahu kematian kepada keluarga pasien selalu menjadi kondisi yang sulit untuk dilakukan…

Bekerja di IGD membutuhkan kecepatan dan ketepatan berfikir. Kami dituntut untuk menilai keadaan pasien, segera menemukan permasalahannya, lalu memberikan penanganan yang tepat. Seringkali jantung saya bedegup lebih kencang karena bekerja dikejar waktu. Sedikit saja kami lalai atau lambat memberikan keputusan, bisa saja nyawa pasien tidak terselamatkan…

Saat operan jaga beberapa minggu lalu, teman saya yang jaga sebelumnya berkata, “Siap-siap ya, akan ada korban kecelakaan massal. Ini baru datang 4 orang, 5 orang lagi masih diperjalanan”. Dan benar, ada 9 pasien kecelakaan. Ada yang curiga perdarahan otak, patah tulang berat, curiga perdarahan perut, dan lainnya. Darah bercecer dimana-mana. Teriakan kesakitan terdengar memilukan. Disaat seperti itulah kemampuan untuk “tetap tenang dan berfikir jernih apapun kondisinya” sangat diperlukan.

Ah. Beberapa kali saya harus menahan air mata di IGD, tidaklah elok dokter menangis dihadapan pasiennya. Melihat suami menangis histeris disamping istrinya yang tidak sadar. Melihat anak yang terus mengguncang tubuh ibunya yang sudah meninggal. Seorang ibu yang tiba-tiba memeluk saya erat dan memohon-mohon agar anaknya diselamatkan…

Hal yang menyenangkan saat jaga adalah ketika menangani pasien yang awalnya kondisinya jelek, alhamdulillah, kemudian menjadi baik kembali. Seorang bayi kekurangan cairan berat dengan kesadaran yang sudah menurun, keadaannya menjadi baik setelah diberikan cairan (tentunya dengan bantuan perawat IGD cekatan dan berpengalaman memasang infus walaupun pembuluh darahnya kolaps). Seorang pasien yang tidak sadar dan ternyata hipoglikemi, tak berapa lama sudah segar bugar setelah disuntikkan cairan glukosa. Seorang pasien kecelakaan dan mengeluarkan banyak darah, akhirnya bisa stabil kembali.

Capek? Tentu. Lelah? Iya. Jenuh? Kadang. Tapi insya Allah saya tak akan pernah menyesal untuk selalu menjalani profesi dokter ini :)

You are not studying to pass the exam…

You are studying for the day when you are the only thing between the patient and the grave.

#DokterInternshipIGD